Ketika membaca berita online, saya
takjub dengan meningkat pesatnya kebutuhan mineral tanah jarang (rare earth
minerals) saat ini. Peningkatan ini berkaitan dengan ledakan teknologi
informasi, terutama produksi smart phone yang menggunakan mineral tanah jarang
sebagai material semi konduktor.
Mineral tanah jarang merupakan mineral yang mengandung satu atau lebih unsur tanah jarang sebagai konstituen logam
utama. Mineral tanah jarang biasanya ditemukan dalam asosiasi dengan alkali hingga batuan
beku peralkaline kompleks, di pegmatites berasosiasi dengan magma alkali
dan atau berasosiasi dengan intrusives carbonatite. Fase mineral
perovskit adalah host umum untuk unsur tanah jarang dalam kompleks alkali.
Mantel berasal karbonat mencair juga pembawa
unsur tanah jarang. Deposit hidrotermal terkait dengan magmatisme basa mengandung
berbagai mineral tanah jarang (en.wikipedia.org).
Mineral tanah jarang ini merupakan mineral
ikutan yang tergabung di dalamnya seperti monasit, senotim dan zircon yang
mengandung unsur radioaktif uranium dan torium.
Tabel Periodik (Rare Earth Mineral Yang Berwarna Kuning) |
Unsur mineral jarang ini cukup banyak
tersedia di Indonesia termasuk yang ada di Pulau Bangka dan Pulau Belitung,
terdapat terutama sebagai mineral monasit dan senotim dalam tailing penambangan
timah.
Saya jadi ingat ketika tahun 2005 bekerja
di PT Koba Tin di Pulau Bangka, rare earth mineral berupa monazite ini adalah
tailing yang ditempatkan secara khusus (karena termasuk mineral radioaktif) di
unit kerja Tin Shed. Menumpuk begitu saja, karena izin pengolahan perusahaan
adalah hanya pengolahan Timah. Padahal jika saja ada perusahaan pengolahan
mineral tanah jarang di Indonesia, pasti akan memberikan banyak keuntungan dan
manfaat buat masyarakat dan Negara.
Di Pulau
Bangka dan Belitung, pada umumnya menambang timah sudah menjadi aktifitas turun
temurun yang dilakukan warga, sehingga tailing yang dihasilkan pun tak
termanfaatkan dengan optimal. Tailing yang mengandung mineral tanah jarang itu dijual
masyarakat dengan harga sangat murah Rp 3.000 - Rp 10.000 per kg kepada
orang-orang asing yang datang ke Bangka. Padahal monazite yang mengandung mineral
tanah jarang ini seharusnya dihargai mahal bisa mencapai Rp7 juta per kg.
Sayangnya peluang
bisnis yang menguntungkan ini tetapi belum mendapat perhatian dari praktisi dan
pengusaha di Indonesia. Anda tertarik menjadi pengusaha mineral tanah jarang? Saya
dukung usaha anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar